Konsep Pendidikan Islam
Metode dalam pendidikan islam
merupakan suatu metode yang khas dan tersendiri, baik dari segi alat-alat
maupun segi tujuan-tujuannya, dengan suatu bentuk yang nyata dan menarik
perhatian serta membangkitkan minat untuk memiliki sumber ideologinya yang khas
dalam perjalanan sejarah. Ruang lingkup dan keleluasaan system pendidikan islam
tidak boleh keluar dari keterpaduan tujuan dan cara. Didalam sistem pendidikan
islam terdapat satu cara dan satu tujuan untuk dapat menyatukan kepribadian
yang pecah untuk dapat mencapai satu tujuan yang lurus dan bulat. Inilah
keistimewaan dari sistem pendidikan islam yang berbeda dengan sistem pendidikan
buatan manusia yang pada umumnya memiliki tujuan yang relatif sama meskipun
alat-alat yang digunakan untuk memenuhi tujuan tersebut berbeda-beda sesuai
dengan pengaruh lingkungan dan kondisi sejarah, sosial, politik dan sebagainya.
Sistem pendidikan buatan manusia
pada umumnya bermuara dalam suatu tujuan pendidikan yaitu membentuk “
nasionalisme sejati “. Sedangkan islam, tidak mengurung dirinya pada
batas-batas yang sempit itu dan tidak hanya berusaha membentuk “ nasionalis
sejati “ akan tetapi berusaha untuk mewujudkan suatu tujuan yang lebih besar
dan menyeluruh, yaitu membentuk “ manusia sejati”.
Islam dalam membentuk manusia
yang baik itu tidak membiarkan manusia berada dalam kebimbangan dan terus
menerus berjalan didalam kegelpan, dimana masing-masing membentuk dirinya
menurut kemauannya sendiri. Akan tetapi islam menetapkan ciri-ciri manusia secara
cermat dan jelas, serta menggaris strategi yang dapat mengantarkan mereka untuk
mencapai tujuan itu.
CIRI – CIRI KHAS SISTEM
PENDIDIKAN ISLAM
Metodologi islam dalam melakukan
pendidikan adalah dengan melakukan pendidikannya menyeluruh terhadap wujud
manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikit pun, baik
segi jasmani maupun rohani, baik kehidupannya secara fisik maupun secara
mental, dan segala kegiatannya di bumi ini.
Islam memandang manusia secara
totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat di dalam dirinya, atas
dasar fitrah yang diberikan Allah SWT kepadanya, tidak ada sedikitpun yang
diabaikan dan tidak memaksakan apapun selain apa yang dijadikan sesuai dengan
fitrahnya.
Islam mengakui wujud manusia
secara utuh, tanpa mengurangi nilainya dan merusk kemampuannya sedikit pun.
Islam mengakui kebutuhan-kebutuhan spiritual wujud manusia beserta segala daya
yang terkandung didalamnya. Islam memberikan segala yang diperlukannya seperti
akidah, nilai-nilai dan harga diri, dan menyokong daya-daya yang ada padanya
untuk memperbaiki eksistensi mental dan kejelekan-kejelekan yang terdapat dalam
masyarakat.
Islam tidak hanya menonjol dalam
memperhatikan semua segi eksistensi manusia dan tidak mengabaikan sedikit pun
berbagai macam daya yang terdapat didalamnya. Tetapi yang paling menonjol
adalah bahwa islam sejalan dengan fitrah dalam hal-hal yang lebih jauh dari
itu.
Islam disamping yakin akan
adanya banyak segi manusia yaitu jasmani, akal dan rohaninya dengan berbagi
kebutuhan daya setiap segi itu, meyakini pula kesatuan dan keterpaduan wujud
manusia tersebut dan tidak mungkin dipisah-pisahkan satu dengan yang lain.
Fitrah manusia berjalan menurut garis yang telah diciptkan Allah SWT. Dengan
demikian jasmani, akal dan roh yang ada dalam diri manusia tidak mungkin dapat
dipisah-pisahkan. Roh, akal dan tubuh, ketiganya membentuk satu wujud yang
utuh, yang disebut manusia, semuanya berinteraksi secara utuh. Islam mengikuti
aliran fitrah yang ada dan meyakini bahwa ada saling keterikatan antra
unsur-unsur tersebut. Dengan demikian maka islam tidak setuju adanya pemisahan
salah satu unsur dari unsur yang lain atau menonjolkan satu unsur dengan
menekan sama sekali unsur-unsur yang lain.
PESERTA DIDIK DALAM
PENDIDIKAN ISLAM
Peserta didik adalah setiap
manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitannya dengan
pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan
dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan
oleh pendidik. Bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik sangat
dipengaruhi oleh pandangan pendidik itu sendiri terhadap peserta didik. Dalam
hal ini anak ( peserta didik ) merupakan sarana dalam proses pendidikan.
Pertumbuhan dan perkembangannya
yang dialami oleh peserta didik sangat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor
pembawaan ( warisan ), faktor lingkungan dan faktor kematangan ( internal ).
Dalam proses perkembangan seseorang, ada beberapa aliran yang menjelaskan
tentang teori perkembangan, antara lain :
1.
Aliran Nativisme.
Dalam aliran ini dijelaskan
bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan
pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa ( Arthur Sckonenhauer :
1788 – 1860 ). Faktor pembawaan ini bersifat kodrati dari lahir dan tidak dapat
diubah oleh pengaruh alam sekitar. Faktor inilah yang akan membentuk
kepribadian manusia.
2.
Aliran Empirisme
Pada aliran ini dijelaskan bahwa
perkembangan manusia itu semata-mata tergantung pada lingkngan dengan
pengalaman pendidikannya ( John Locke ).
3.
Aliran Konvergensi
Aliran ini adalah gabungan
antara aliran empirisme dengan aliran nativisme. Didalamnya menggabungkan arti
penting hereditas ( pembawaan ) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang
berpengaruh dalam perkembangan manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perkembangan pribadi seeorang adalah hasil proses kerjasama dua factor :
warisan dan lingkungan. Aliran ini dikembangkan oleh Louis William Stern (
0031871 – 1938 ).
Dalam proses perkembangan
manusia, islam memiliki konsep-konsep yang menjelaskan proses tersebut secara
gamblang. Konsep-konsep tersebut antara lain :
a.
Konsep fitrah dalam diri manusia.
Fitrah merupkan suatu ketetapan
Tuhan bagi setip makhluk-Nya. Tujuan dan jalan hidup manusia ditentukn oleh
Allah SWT, hal ini disebut “ Hidayah Amah Ilahiyah “. Petunjuk yang ditentukan
oleh Allah SWT tidak pernah menyesatkan dan keliru dalam menuntun makhluknya
untuk menenpuh jalan perkembangannya. Dalam Al-Qur”an, secara fitrah manusia
dijelaskan terdiri dari dua bagian : kulit dan isi. Bentuk fisik adalah kulit,
sedangkan akal adalah isi. Akal yang dalam terjemahan Al-Qur’an disebut al-a”ql
dalah potensi dan substansi dalam diri manusia yang dirinya berlangsung
beberapa proses olah pikir, seperti berpikir, mengingat, mengambil iktibar dan
sebagainya.
b.
Konsep warisan dan Bi’ah ( lingkungan )
Konsep ini menerangkan bahwa
keadan manusia saat ini merupakan pembwaan sejak lahir yang diperoleh dari
orang tuanya. Selain faktor bawaan, perkembangan manusia juga sangat ditentukan
oleh keadaan lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar